Sejarah Singkat Bandung Lautan Api
Posted on 27 Juni 2010 by liliskurniasih
Assalamualaikum … Wr Wb
Suatu hari di Bulan Maret 1946, dalam
waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk mengukir sejarah dengan
membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota menuju
pegunungan di selatan. Beberapa tahun kemudian, lagu “Halo Halo Bandung”
ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke
kota tercinta, yang sekarang telah menjadi lautan api.
Setelah Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia
belum sepenuhnya merdeka. Kemerdekaan harus dicapai sedikit demi sedikit
melalui perjuangan rakyat yang rela mengorbankan segalanya. Setelah
Jepang kalah, tentara Inggris datang untuk melucuti tentara Jepang.
Mereka berkomplot dengan Belanda dan memperalat Jepang untuk menjajah
kembali Indonesia. Jejak Perjuangan “Bandung Lautan Api” membawa kita
menelusuri kembali berbagai kejadian di Bandung yang berpuncak pada
suatu malam mencekam, saat penduduk melarikan diri, mengungsi, di tengah
kobaran api dan tembakan musuh. Sebuah kisah tentang harapan,
keberanian dan kasih sayang. Sebuah cerita dari para pejuang kita …
Berita pembacaan teks Proklamasi
Kemerdekaan dari Jakarta diterima di Bandung melalui Kantor Berita DOMEI
pada hari Jumat pagi, 17 Agustus 1945. Esoknya, 18 Agustus 1945,
cetakan teks tersebut telah tersebar. Dicetak dengan tinta merah oleh
Percetakan Siliwangi. Di Gedung DENIS, Jalan Braga (sekarang Gedung Bank
Jabar), terjadi insiden perobekan warna biru bendera Belanda, sehingga
warnanya tinggal merah dan putih menjadi bendera Indonesia. Perobekan
dengan bayonet tersebut dilakukan oleh seorang pemuda Indonesia bernama
Mohammad Endang Karmas, dibantu oleh Moeljono.
Tanggal 27 Agustus 1945, dibentuk Badan
Keamanan Rakyat (BKR), disusul oleh terbentuknya Laskar Wanita Indonesia
(LASWI) pada tanggal 12 Oktober 1945. Jumlah anggotanya 300 orang,
terdiri dari bagian pasukan tempur, Palang Merah, penyelidikan dan
perbekalan.
Peristiwa yang memperburuk keadaan
terjadi pada tanggal 25 November 1945. Selain menghadapi serangan musuh,
rakyat menghadapi banjir besar meluapnya Sungai Cikapundung. Ratusan
korban terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal.
Keadaan ini dimanfaatkan musuh untuk menyerang rakyat yang tengah
menghadapi musibah.
Berbagai tekanan dan serangan terus
dilakukan oleh pihak Inggris dan Belanda. Tanggal 5 Desember 1945,
beberapa pesawat terbang Inggris membom daerah Lengkong Besar. Pada
tanggal 21 Desember 1945, pihak Inggris menjatuhkan bom dan rentetan
tembakan membabi buta di Cicadas. Korban makin banyak berjatuhan.
Ultimatum agar Tentara Republik
Indonesia (TRI) meninggalkan kota dan rakyat, melahirkan politik
“bumihangus”. Rakyat tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan oleh musuh.
Mereka mengungsi ke arah selatan bersama para pejuang. Keputusan untuk
membumi¬hanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan
Perjuangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan, pada
tanggal 24 Maret 1946.
Kolonel Abdul Haris Nasution selaku
Komandan Divisi III, mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan
memerintahkan untuk meninggalkan Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan
besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota. Malam itu
pembakaran kota berlangsung besar-besaran. Api menyala dari
masing-masing rumah penduduk yang membakar tempat tinggal dan harta
bendanya, kemudian makin lama menjadi gelombang api yang besar. Setelah
tengah malam kota telah kosong dan hanya meninggalkan puing-puing rumah
yang masih menyala.
Pembumihangusan Bandung tersebut
merupakan tindakan yang tepat, karena kekuatan TRI tidak akan sanggup
melawan pihak musuh yang berkekuatan besar. Selanjutnya TRI melakukan
perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini melahirkan
lagu “Halo-Halo Bandung” yang bersemangat membakar daya juang rakyat
Indonesia.
Halo-Halo Bandung
Pencipta / Pengarang Lirik dan Lagu : Ismail Marzuki
Halo-halo Bandung
Ibukota periangan
Halo-halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta
Tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali
Ibukota periangan
Halo-halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta
Tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar